Selasa, 11 Maret 2014

IKLAN MEDIA CETAK



A.    SEJARAH IKLAN dan SURAT KABAR

Sejarah iklan memang selalu melekat dengan sejarah surat kabar. Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikkan dengan pers, namun karena pengertian pers sudah luas, dimana media elektronik sekarang ini sudah dikategorikan dengan media juga. Untuk itu pengertian pers didefinisikan dalam arti sempit, pers hanya meliputi media cetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241). 

Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi. 
            Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain : 
  1. Publisitas (Publicity) 
            Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan. 



  1. Periodesitas (Periodicity) 
            Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala. 
  1. Universalitas (universality) 
            Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar. 
  1. Aktualitas (Actuality) 
            Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121). 
            Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru saja terjadi. Diantara media cetak, hanyalah surat kabar yang menyiarkan hal-hal yang baru terjadi. Pada kenyataannya, memang isi surat kabar beranekaragam, selain berita juga terdapat artikel, rubrik, cerita bersambung, cerita bergambar, dan lain-lain yang bukan merupakan laporan tercepat. Kesemuanya itu sekedar untuk menunjang upaya membangkitkan minat agar surat kabar bersangkutan dibeli orang 
            Berdasarkan ciri dari surat kabar diatas sangatlah jelas bila iklan dapat sangat bergantung dengan surat kabar, karena tujuan seseorang memasang iklan adalah antara lain menginginkan produknya terkenal dan meningkatkan jumlah konsumen untuk tetap ikut dalam persaingan bisnis. Perkembangan iklan pun akan selalu mengikuti perkembangan surat kabar karena surat kabarlah yang akan menjadi tempat memuat iklan. Surat kabar akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu berusaha mengikuti kebutuhan konsumen. Surat kabar akan selalu berkembang mengikuti zamanya begitu juga dengan iklan Karena iklan merupakan salah satu konten yang terdapat dalam surat kabar jadi sudah otomatis perkembanganyapun akan mengikuti perkembangan surat kabar. Bahkan dalam perkembanganya ada sebuah surat kabar yang hanya memuat tetang iklan keseluruhan.
B.      IKLAN di INDONESIA
Perintis tumbuhnya iklan di Hindia Belanda adalah Jan Pieterzoen Coen. Dia pendiri Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629. Iklan pertama yang diprakarsainya berupa pengumuman pemerintah Hindia Belanda berkaitan dengan perpindahan pejabat-pejabat teras ke beberapa wilayah. Dengan penerbitan surat kabar pertama yang memuat iklan itu, Jan Pieterzoon Coen membuktikan bahwa pada hakekatnya produk-produk baru, antara berita dan iklan tidak ada bedanya. Atau bahwa beritapun dapat disampaikan dengan metode dan teknik periklanan. Kenyataan itu membuktikan pula bahwa iklan dan penerbitan pers di Indonesia sebenarnya lahir bersamaan waktunya, dan keduanya saling membutuhkan serta ketergantungan.
Hal ini berkaitan dengan berita yang ia kirimkan kepada pemerintah setempat di Ambon dengan judul Memorie De Nouvelles, yang mana salinannya ditulis dengan tulisan tangan yang indah (Silografi) pada tahun 1621. Penulisan berita dengan tulisan yangan yang indah ini berkaitan erat dengan keberadaan Belanda yang sejak abad ke-16 merupakan pusat penulisan. Silografi atau tulisan indah tersebut, bila dari fungsi dan bentuknya, lembaran berita yang dikirimkan tersebut bersifat informasi pemerintah yang komersial dan memang berita tersebut dikirimkan berkaitan dengan adanya persaingan antara pemerintah. 
Hindia Belanda dengan Portugis, yang sedang bermasalah dalam perebutan hasil rempah-rempah dari kepulauan Ambon. Jan Pieterzoen Coen dapat dikatakan “menulis” iklan yang isinya ditujukan untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis. Iklan yang ditulis oleh Jan Pieterzoen Coen tersebut akhirnya diterbitkan kembali dalam surat kabar Batavia Nouvellespada tanggal 17 Agustus 1744 (lebih dari satu abad setelah beliau meninggal). Batavia Nouvelles merupakan surat kabar pertama di Hindia Belanda, dan dengan demikian, iklan yang dimuatnya pun merupakan iklan pertama di Hindia Belanda (yang berperan dalam memediakan kembali iklan tersebut diHindia Belanda adalah karyawan sekretariat dari kantor Gubernur JenderalImhoff, Jourdans).
            Kemudian muncul juga Iklan buku pertama. Iklan buku pertama ini muncul berkaitan dengan sejarah perkembangan percetakan buku di Hindia Belanda. Perusahaan percetakan buku yang dikelola oleh swasta dimulai tahun 1839 dipelopori oleh Cijveer & Company. Perusahaan ini banyak mengalami pergantian nama dan mengalami banyak perpindahan tangan, dan hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam pemasarannya yang terus-menerus. Faktor utamanya karena mereka tidak dapat memanfaatkan periklanan akibat adanya larangan keras dari pemerintahCakram edisi khusus, 100 Persen Indonesia 2003. kolonial, dan baru ketika perusahaan ini dipegang oleh Bruyning Wijt,kemajuan mulai terjadi. Kesuksesan ini dikarenakan buku-buku mereka yang mulai dipublikasikan melalui iklan-iklan di surat kabar dan pada saat itulah muncul iklan buku.
C.     IKLAN dan TOKOH KHARISMATIK

            Awal abad 20 telah muncul iklan sebagai media pemasaran dengan menggunakan konsep kreatif, efektif, dan menggugah konsumen. Konsep kreatif secara total mengandung suatu gagasan periklanan sebagai sarana informasi untuk menggalang akumulasi angka penjualan dan perluasan pangsa pasar. Iklan bahkan telah berani memunculkan tokoh kharismatik yang memberi testimoni tentang produk yang diiklankan. Salah satu iklan yang menampilkan tokoh kharismatik adalah produk obat merk Abdijsiroop yang dimuat pada iklan surat kabar De Nieuwe Vorstenlanden tanggal 17 Desember 1913yang merupakan suatu bentuk iklan testimonial yang berhasil. Dengan menampilkan ilustrasi utama (main ilustration) wajah Raden Toemenggoeng Ario Djojomuseno seorang elit birokrat tradisional dengan pangkat bupati di Banjarnegara, iklan itu secara sugestif memberikan pengaruh politis yang kuat kepada calon konsumennya. Suatu strategi menampilkan pendapat atau pernyataan dukungan dari seorang pejabat pribumi yang mempunyai otoritas tradisional maupun otoritas kharismatis politis cukup kuat bagi suatu kepentingan yang bersifat komersial, merupakan trobosan yang bernilai kreatif tinggi pada masa itu. keberanian dan keberhasilan penampilan tokoh elit tradisional sebagai maskot penarik perhatian dalam strategi penjualan, telah mengukuhkan iklan produk Abdijsiroop menjadi pelopor penggunaan konsep power atau kekuatan politik sebagai alat komunikasi pemasaran, yang pada era dewasa ini menjadi suatu tren pemasaran global.
            Menyertai ilustrasi yang tampil dominan dalam bidang layout, kalimat headline berbentuk curiosity or provocative headline diterapkan untuk memancing dan mengundang rasa keingintahuan pembacanya yang berbunyi Ik Raden Toemanggoeng Ario. Dengan kalimat itu, pembaca iklan dipaksa secara tidak langsung untuk menyimak naskah atau body-copy yang menyertai kalimat headline-nya. Kutipan naskah iklan yang berisi pendapat serta pujian dari Raden Toemenggoeng Ario Djojomiseno adalah sebagai berikut (diterjemahkan secara bebas dari teks asli ilan yang berbahasa Belanda):
                                         
“Saya Raden Toemenggoeng Ario Djojomiseno, Bupati Banjarnegara menderita sakit dada sesak saat bernafas yang luas biasa. Tiada satupun obat yang dapat menolong saya. Lalu saya membeli obat ABDIJSIROOP di Banjarnegarasche Commissiehuis. Sewaktu saya minum habis, telah keluar dahak-dahak yang telah menggumpal sehingga saya dapat bernafas dengan lega. Setelah saya menghabiskan enam flacons (tabung) ABDIJSIROOP, saya sembuh sama sekali dan sejak itu tetap sehat walafiat. ABDIJSIROOP Klooster Sancta Paulo adalah obat yang manjur untuk asma, malaria, influensa, bronchitis, pleuris, dan semua gangguan sakit dada, paru-paru dan tenggorokan. Menghancurkan bibit-bibit penyakit dan dapat menyembuhkan obat-obat lain yang gagal. Harga setiap flacons (tabung) f. 1,75,- dan flacons besar (dalam tabung yang dibungkus) f. 3,25,-“.

D.     KEMUNCULAN IKLAN SURAT KABAR PERTAMA
            Iklan pertama di Hindia Belanda muncul pada bulan Agustus pada tahun 1744, bersamaan dengan surat kabar pertama, yaitu Bataviasche Nouvelles di Batavia (Jakarta). Surat kabar ini dapat dikatakan merupakan surat kabar pemerintahan Hindia Belanda, karena ia diterbitkan dan dicetak oleh Vereenigde Oost Compagnie (VOC). Dimana pada kenyataannya hampir seluruh halaman surat kabar tersebut dipenuhi dengan iklan.

            Pemanfaatan iklan untuk menunjang pemasaran juga sudah lama dikenal oleh para pengelola surat kabar. Surat kabar yang pertama kali memuat iklan-iklan produk adalah Tjahaja Siang (Cahaya Siang), terbit di Minahasa padatahun 1825. Surat kabar ini mengiklankan produk obat-obatan tradisional.Tjahaja Siang adalah surat kabar pribumi yang pertama kali memanfaatkaniklan sebagai penunjang pemsaran, dan iklannya disebarluaskan hingga keEropa. Kemudian disusul oleh Soerabaja Advertentie Blad, yang terbit pertama kali pada tahun 1836 di Surabaya. Surat kabar Bientang Timoor,Surabaya, bahkan telah menggunakan iklan untuk meluncurkan produknya,dan dalam penerbitan pertamanya, surat kabar ini telah memuat iklan. Surat kabar lain yang juga telah memuat iklan adalam nomor perdananya adalah surat kabar Bromatani yang terbit pada tahun 1872 dengan menggunakan bahasa melayu.
E.     FAKTOR-FAKTOR yang BERPENGARUH dalam INDUSTRI PERS dan IKLAN

            Iklan dalam bentuk brosur/leaflet/booklet Sekitar tahun 1870-an, nampak adanya peningkatan kreatifitas dalam penanganan visual dan keragaman pesan iklan. Bahkan perkembangan yang ada pada saat itu ternyata menumbuhkan kebutuhan baru, yakni berupa pembentukan lembaga-lembaga penelitian untuk mengembangkan dan mengakumulasi modal swasta yang pada saat itu banyak merambah ke sektor perkebunan dan pertambangan. Asosiasi ini juga bertugas sebagai lembaga penelitian yang sekaligus memproduksi brosur-brosur yang digunakan sebagai wahana informasi dan promosi agar pada calon penanam modal di perusahaan perkebunan mereka mengetahui seberapa jauh rentabilitas investasi mereka. (misalnya: Javaasche Bank yang menggunakan barang-barang cetakan untuk mengundang modal asing ke Hindia Belanda). Brosur dan booklet perkenalan mereka umumnya dicetak di percetakanG.C.T van Dorp & Co., yang berlokasi di Jakarta, Semarang, dan Surabaya.Dalam sebuah buku dengan judul “Iklan Surat Kabar” yang ditulis oleh Bejo Riyanto sempat dibahas mengenai penyebab peningkatan dan adanya perbaikan dalam hal kreatifitas yang terjadi pada masa tersebut. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa ada dua faktor penyebab, yakni faktor eksternal dan internal daripada industri pers maupun periklanan itu sendiri.
            Faktor dari luar yang pertama adalah terbukanya peluang investasi modal swasta secara langsung dalam bidang industri dan perdagangan di Jawa. Kebijaksanaan politik liberalisasi perekonomian dari pemerintah jajahan telah menyebabkan arus migrasi yang cukup besar dari warga kulit putih Eropa untuk menetap di kota-kota besar pulau Jawa, yang kemudian membawa gaya hidup, sistem nilai, serta kebudayaan baru dari Barat yang disebut sebagai kebudayaan modern. Adanya perpaduan antara budaya borjuasi modern Barat dengan budaya feodal agraris keraton Jawa telah melahirkan suatu pencampuran kebudayaan yang mempengaruhi dan memberikan bentuk terhadap perubahan kehidupan bagi masyarakat di pulau Jawa. Proses modernisasi ini telah membawa nilai baru, pola keinginan baru, dan kebiasaan baru pada masyarakat Jawa. Faktor kedua pesatnya kebutuhan ekonomi dan industrialisasi semakin memicu besarnya arus penawaran aneka produk manufaktur atau komoditas industri dan jasa-jasa modern bagi masyarakat konsumennya di Pulau Jawa. Faktor ketiga, kebijaksanaan politik etis oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan diselenggarakannya pendidikan modern Barat bagi kalangan masyarakat pribumi telah melahirkan suatu lapisan sosial baru dalam masyarakat di Jawa. Munculah golongan menengah baru terpelajar dari kalangan masyarakat pribumi yaitu golongan priyayi terpelajar, priyayi profesional, serta priyayi birokrasi yang banyak berperan dalam birokrasi pemerintah. Naiknya pendapatan golongan yang pada akhirnya memperkuat terbentuknya lapisan masyarakat konsumen baru. Faktor keempat, berkembangnya kota-kota pelabuhan lama dan kota-kota pusat pemerintahan kerajaan tradisional di Jawa menjadi pusat kegiatan industri dan perdagangan modern. Faktor kelima, perkembangan industri dan perdagangan modern telah melahirkan sistem transportasi dan komunikasi modern di perkotaan Jawa. Maka, sarana transportasi modern seperti kereta api, kapal mesin, mobil, sepeda, dan juga alat komunikasi modern seperti radio, telepon, telegraf yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari golongan masyarakat menengah dan atas di kota-kota besar di Jawa.
            Selanjutnya faktor-faktor dari dalam yang berpengaruh terhadap bentuk dan isi iklan surat kabar adalah pertama, semakin pesatnya pertumbuhan industri penerbitan surat kabar dan percetakan yang didukung teknologi reproduksi modern untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan informasi bagi masyarakat terpelajar dari kota-kota besar Jawa. Faktor kedua, besarnya arus penawaran produk-produk industri dan jasa modern bagi masyarakat konsumen  di kota-kota besar Jawa yang semakin heterogen berakibat semakin ketatnya kompetisi pasar, sehingga membutuhkan jasa profesional komunikator untuk memasarkan produk-produk industri dan jasa tersebut melalui media yang dipilih secara selektif dan efektif.

F.      KESIMPULAN
            Perintis tumbuhnya iklan di Hindia Belanda adalah Jan Pieterzoen Coen. Kemunculan iklan di Indonesia di awali pada tahun 1744, yaitu Bataviasche Nouvelles di Batavia (Jakarta). Bataviasche Nouvelles merupakan surat kabar yang diterbitkan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Yang dalam praktiknya iklan memang tidak bisa dilepaskan dari surat kabar, karena tujuan seseorang memasang iklan adalah antara lain menginginkan produknya terkenal dan meningkatkan jumlah konsumen untuk tetap ikut dalam persaingan bisnis. Perkembangan iklan pun akan selalu mengikuti perkembangan surat kabar karena surat kabarlah yang akan menjadi tempat memuat iklan. Surat kabar akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu berusaha mengikuti kebutuhan konsumen. Surat kabar akan selalu berkembang mengikuti zamanya begitu juga dengan iklan Karena iklan merupakan salah satu konten yang terdapat dalam surat kabar jadi sudah otomatis perkembanganyapun akan mengikuti perkembangan surat kabar. Bahkan dalam perkembanganya ada sebuah surat kabar yang hanya memuat tetang iklan keseluruhan.
            Perkembangan iklan yang semakin pesat dari masa ke masa menyebabkan pembuatannya semakin kreatif dan diusahakan untuk dibuat seefektif mungkin untuk mengguggah konsumen, salah satu caranya adalah menggunakan tokoh kharismatik. Hal ini dikarenakan suatu strategi menampilkan pendapat atau pernyataan dukungan dari seorang pejabat pribumi yang mempunyai otoritas tradisional maupun otoritas kharismatis politis cukup kuat bagi suatu kepentingan yang bersifat komersial, merupakan trobosan yang bernilai kreatif tinggi pada masa itu. keberanian dan keberhasilan penampilan tokoh elit tradisional sebagai maskot penarik perhatian dalam strategi penjualan.
            Berbagai faktor yang mempengaruhi industri pers dan iklan pada akhir abad 19 juga banyak bermunculan. Diantaranya seperti faktor eksternal yang terdiri dari terbukanya peluang investasi modal, pesatnya kebutuhan ekonomi, adanya kebijakan politis etis, perkembangan berbagai kota untuk dijadikan pusat industri modern, serta lahirnya sistem komunikasi dan transportasi modern. Sementara faktor internalnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan industri penerbitan surat kabar dan percetakan yang didukung teknologi reproduksi modern untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan informasi bagi masyarakat terpelajar dari kota-kota besar Jawa dan besarnya arus penawaran produk-produk industri dan jasa modern bagi masyarakat konsumen  di kota-kota besar Jawa.


DAFTAR PUSTAKA :
Riyanto, Bedjo. 2000. Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa.

1 komentar: