Kamis, 01 Januari 2015

JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK: NILAI BERITA PADA JURNALISME ONLINE MASA KINI



 A. Pendahuluan

Saat ini, manusia telah memasuki era global. Teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang sangat melekat dan tak bisa dipisahkan. Pada awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah kerja manusia. Oleh karena itu, teknologi terus dikembangkan hingga menciptakan teknologi yang bisa memperpendek jangkauan dan mempersingkat waktu, termasuk diantaranya penemuan nternet pada tahun 1990-an. Namun, seiring berjalannya waktu justru akhirnya manusia tergantung pada teknologi yang dibuatnya sendiri. Teknologi telah megubah cara berkomunikasi masyarakat. Cara penyampaian berita kepada masyarakat dengan cara “manual” dianggap tidak relevan lagi. Bahkan media seperti surat kabar, televisi, dan radio tidak hanya mengandalkan medianya itu sendiri, tapi sudah memakai internet. Manusia juga telah merumuskan dan mencari model tentang proses penyampaian berita melalui internet. Prof. Philip Meyer pernah meramalkan bahwa koran terakhir yang terbit dan dibaca orang akan terjadi pada tahun 2040, dan hal tersebut terjadi akibat kekuatan internet.

Penyampaian berita dengan media internet kemudian melahirkan jurnalisme online. Proses penyampaian berita melalui media online dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh wartawan profesional maupun warga lokal. Hal ini tentunya membuat masyarakat lebih mudah dalam memperoleh berita. Namun, perlu dicermati lagi mengenai kredibilitas dan nilai berita yang terdapat pada jurnalisme online, mengingat hal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja. Berita yang tidak memiliki nilai berita tentunya akan berdampak pada masyarakat yang mengkonsumsinya.


            B.     Pembahasan

Nilai berita (news values), menurut Downie JR dan Kaiser, merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita (Septiawan Santana K, 2005: 17).
Nilai Berita Menurut Pandangan Lama
Wacana mengenai nilai berita atau kriteria dalam menyeleksi berita telah dilakukan oleh pakar komunikasi sejak tahun 1960-an. Ada beberapa pendapat mengenai nilai berita yang dikemukakan oleh pakar-pakar komunikasi pada saat itu. Tobias Peucer (Dalam Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat, 2005: 59) menyebutkan beberapa kriteria yang menentukan nilai layak berita, antara lain:
1.      Tanda-tanda yang tidak lazim, benda-benda yang ganjil, hasil kerja atau produk alam dan seni yang hebat dan tidak biasa, banjir atau badai yang disertai petir dan guruh yang mengerikan, gempa bumi, sesuatu yang aneh dan muncul dengan tiba-tiba di langit, dan penemuan-penemuan baru, yang pada abad itu sangat banyak terjadi.
2.      Berbagai jenis keadaan, perubahan, perubahan-perubahan pemerintahan, masalah perang dan damai, sebab-sebab perang dan keinginan-keinginan perang, pertempuran, kekalahan, rencana-rencana para pemimpin militer, undang-undang baru, pertimbangan-pertimbangan yang disetujui, pegawai negeri, orang-orang terkenal, kelahiran dan kematian para pangeran, ahli waris tahta, upacara pelantikan dan upacara-upacara resmi srupa itu, apakah upacara pelantikan, pergantian jabatan atau pemecatan, kematian orang-orang terkenal, akhir riwayat orang yang tidak ber-Tuhan dan masalah-masalah lainnya.
3.      Masalah-masalah gereja dan keterpelajaran, misalnya asal-usul agama itu dan agama ini, pendirinya, kemajuannya, sekte-sekte baru, dogma-dogma yang diputuskan, ritual-ritual perpecahan agama, penyiksaan, muktamar keagamaan, keputusan-keputusan yang diambil, karya tulis para sarjana, perselisihan ilmiah, karya baru kaum terpelajar, keberanian berusaha, bencana dan kematian serta seribu satu hal lainnya yang bertalian dengan alam, warga masyarakat, atau sejarah keagamaan.
Hal-hal biasa dan hal-hal yang tidak menarik tidak bernilai untuk diberitakan. Hal-hal yang merusak moral yang baik dan agama sejati seperti pencabulan, kejahatan yang dilakukan dengan cara yang mengerikan, dan pernyataan-pernyataan yang bersifat atheis juga dinilai tidak memiliki nilai berita.
Nilai Berita Menurut Pandangan Modern
Kriteria tentang nilai berita saat ini sudah lebih disederhanakan dan disistematikkan sehingga sebuah unsur kriteria mencakup jenis-jenis berita yang lebih luas. Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat (2005: 61-66) menjabarkan mengenai unsur-unsur nilai berita yang sekarang digunakan dalam memilih berita, antara lain:
1.      Aktualitas (Timeliness). Semakin aktual berita, artinya semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Tetapi adakalanya juga penemuan suatu peristiwa penting atau menarik yang usianya sudah bertahun-tahun dapat langsung menjadi berita utama. Dalam hal seperti ini kecepatan adalah dalam hal penyingkapannya.
2.      Kedekatan (Proximity). Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu.
3.      Keterkenalan (Prominence). Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal akan menarik banyak pembaca. Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja. Tempat-tempat terkenal dan situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita yang tinggi.
4.      Dampak (Consequence). Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat, misalnya pengumuman kenaikan harga BBM atau ilmuwan yang mengembangkan suatu vaksin baru, memiliki nilai berita tinggi.
5.      Human Interest. Berita yang memiliki daya tarik secara universal yang menarik minat orang memiliki nilai berita tinggi. Beberapa unsur human interest misalnya ketegangan, ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, hewan, dan humor.
            Adapun pendapat lain mengenai unsur nilai berita seperti yang dikemukakan Johan Galtung and Marie Holmboe Ruge (1965), antara lain:
1.      Frekuensi (Frequency). Hal ini berkaitan dengan jangka waktu sebuah peristiwa. Peristiwa yang mempunyai jangka waktu pendek akan mempunyai nilai berita yang lebih daripada yang mempunyai jangka waktu panjang.
2.      Negatif (Negativity). Sesuatu yang menyangkut berita buruk sering kali dianggap mempunyai nilai berita. Buruk disini adalah peristiwa yang membuat orang tidak senang mengalaminya, seperti berita mengenai kelaparan yang terjadi di NTT.
3.      Tidak Mendua (Unambiguity). Sebuah peristiwa yang diharapkan mempunyai dampak memperjelas terhadap suatu masalah juga mempunyai nilai berita. Contohnya penjelasan PT Lapindo Brantas atas ganti rugi bagi masyarakat yang terkena lumpur Lapindo Sidoarjo.
4.      Personalisasi (Personalization). Unsur ini berkaitan dengan peristiwa yang dilihat sebagai aksi individu. Contohnya perseteruan antara dua fraksi di DPR. Pertikaian tidak lagi melibatkan partai, tetapi juga individu-individu yang berpengaruh dalam partai tersebut.
5.      Kepenuhartian (Meaningfulness). Istilah ini berkaitan dengan cultural proximity (kedekatan budaya). Seseorang yang mempunyai bahasa sama, atau ciri-ciri fisik sama akan dianggap mempunyai nilai berita.
6.      Berkaitan dengan Pemimpin Negara (Reference to Elite Nations). Segala sesuatu yang berkaitan dengan negaranya akan mendapat porsi lebih pemberitaan karena memang layak untuk diberitakan.
7.      Berkaitan dengan Individu (Reference to Elite Persons). Mencakup peristiwa yang berkaitan dengan kekayaan, kekuatan, dan keterkenalan individu.
8.      Konflik (Conflict). Konflik disini berarti perseteruan antara dua atau beberapa ppihak yang bertikai. Bisa konflik fisik, urat syaraf atau perang. Itu semua menarik untuk diberitakan karena akan mempunyai efek dramatis di masyarakat.
9.      Prediksi (Prediction). Prediksi berkaitan dengan ulasan tentang kemungkinan dan ketidakmungkinan. Prediksi banyak dipakai untuk mengulas pertandingan sepak bola. Terlepas dari benar tidaknya, ulasan tentang prediksi sangat menarik untuk dibahas. Berita sekarang sudah bergeser bukan pada sesuatu yang telah terjadi, tetapi apa yang akan terjadi. Sesuatu yang dahulunya berdasarkan 5W+1H sekarang sudah tidak dipakai lagi. Ulasan seringkali justru menarik karena disertai data-data pendukung.
10.  Penting (Important). Dalam hal ini berkaitan dengan kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan banyak orang, atau kejadian yang punya akibat terhadap kehidupan pembaca.
11.  Besar (Big). Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan banyak orang, atau kejadian yang berakibat bila dijumlahkan dalam angka menarik pembaca.
Nilai Berita pada Jurnalisme Online
Jurnalisme online (online journalism) adalah praktek jurnalistik yang menggunakan channel internet. Bisa jadi online jurnalism dilaksanakan oleh jurnalis profesional yang bekerja di sebuah situs berita formal dan bisa juga dilakukan oleh jurnalis warga yang menulis di blog-nya. Kemuculan internet memberikan peluang bagi non jurnalis (citizen journalist) untuk mempublish artikel mereka di media baru ini. Inilah perubahan besar sepanjang sejarah jurnalisme dimana channel internet telah menggeser posisi jurnalis sejajar dengan audience yang menjadi reporter (Nurul Hasfi, 2009).
Jurnalisme online memang mempermudah setiap orang untuk mengakses berita terkini dengan lebih cepat karena wartawan atau masyarakat dapat mengunggah berita yang baru saja mereka tulis dengan segera. Namun ternyata kemunculan jurnalisme online menimbulkan pro dan kontra. Nilai sebuah berita ditentukan oleh seberapa jauh syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya. Syarat-syarat tersebutlah yang menjadi ukuran penting tidaknya sebuah berita. Sebagai jurnalisme yang dikembangkan oleh masyarakat, validitas dan nilai berita dari jurnalisme masyarakat perlu dipertanyakan. Bahkan pada beberapa kasus, citizen journalism disebut sebagai jurnalisme yang kurang serius. Banyak citizen journalism turut mempublish berita mereka dan tentunya akan dikonsumsi oleh masyarakat. Padahal banyak diantara mereka yang merupakan warga biasa, bukan seorang jurnalis yang memiliki pengetahuan mengenai nilai berita. Seringkali citizen journalism hanya mempublish berita sesuai dengan keinginan mereka, sesuai apa yang mereka lihat, sesuai dengan fenomena yang sedang berkembang, atau bahkan sesuai dengan pengetahuan dasar yang mereka miliki tanpa melalui proses editing, sehingga berita-berita tersebut masih dipertanyakan kualitas nilai dan kredibilitasnya karena ketika jurnalisme hanya berisikan data yang belum di verifikasi, maka jurnalisme tersebut tidak bisa dikatakan valid.
Jurnalisme online merupakan media penyaji berita real time yang di unggah pada saat ketika berita tersebut sedang terjadi dengan keharusan bahwa berita yang disampaikan harus kredibel menjadi sebuah masalah tersendiri. Terkadang, jurnalis online melupakan bahwa jurnalisme online adalah sama dengan jurnalisme lainnya yang seharusnya mengedepankan verifikasi. Hal seperti ini membuat jurnalisme online terkesan seperti jurnalisme kelas dua secara sepintas. Padahal, meskipun mengejar aktualisasi, bukan berarti harus mengorbankan akurasi dari berita itu sendiri. Akan lebih baik jika berita yang dibuat aktual dan akurat. Proses membuat berita menjadi kredibel akan memakan waktu yang cukup lama sedangkan berita harus segera diterbitkan untuk memberi informasi kepada masyarakat. Pada citizen journalism yang belum tentu dilakukan oleh wartawan resmi, berita yang dikeluarkan bisa jadi merupakan berita yang penting namun pembaca harus mencari tahu tentang validitas berita yang ditulis oleh masyarakat yang menulis berita tersebut.
Untuk menghindari kedangkalan nilai sebuah berita, penulis berita online bisa melakukan sebuah cara yaitu menyampaikan berita secara bertahap. Berita pertama dibuat saat berita tersebut baru saja terjadi dengan gambaran umum tentang peristiwa yang sedang terjadi. Berita pertama harus menjawab mengenai inti kejadian meliputi, siapa, dimana, kapan, mengapa, apa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Berita selanjutnya akan berisi mengenai data-data tambahan yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi tersebut. Data tambahan di dapatkan saat proses verifikasi berita dilakukan. Dengan cara tersebut maka berita akan diterima masyarakat tepat waktu (aktual) dan tetap akurat serta memiliki nilai berita yang layak (www.edukasi.kompasiana.com). 

C. Penutup


Media online, sekalipun memiliki tampilan yang berbeda dengan media cetak dan media audio visual namun berita yang disampaikan tetap harus memperhatikan etika jurnalistik. Yang menjadi masalah adalah citizen journalism yang dibuat oleh orang yang belum atau kurang memahami etika atau kaidah jurnalistik dan menjadikan berita tersebut kehilangan nilai berita. Kemunculan citizen journalism sebenarnya merupakan hal yang baik karena mereka mempermudah penyampaian berita dengan cepat kepada masyarakat awam. Banyak diantara citizen journalism yang mengetahui mengenai nilai berita yang layak dipublish, namun tak sedikit pula yang mempublish berita sampah sehingga akhirnya hanya memenuhi laman-laman internet. Oleh karena itu, para citizen journalism seharusnya lebih mempelajari mengenai nilai-nilai berita apa saja yang layak dan tidak layak dipublish, serta kredibilitas dan validitas berita tersebut juga harus ditingkatkan. Masyarakat sebagai konsumen juga seharusnya tidak menelan bulat-bulat berita yang dipublish oleh citizen journalism. Mereka pun lebih baik mengetahui mengenai nilai berita agara dapat menganalisis berita dan tidak terbodohi dengan berita sampah yang dipublish oleh citizen journalism yang tidak bertanggung jawab.

0 komentar:

Posting Komentar