A. Pendahuluan
Saat ini, manusia telah memasuki era global. Teknologi telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia yang sangat melekat dan tak bisa
dipisahkan. Pada awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah kerja manusia.
Oleh karena itu, teknologi terus dikembangkan hingga menciptakan teknologi yang
bisa memperpendek jangkauan dan mempersingkat waktu, termasuk diantaranya
penemuan nternet pada tahun 1990-an. Namun, seiring berjalannya waktu justru
akhirnya manusia tergantung pada teknologi yang dibuatnya sendiri. Teknologi
telah megubah cara berkomunikasi masyarakat. Cara penyampaian berita kepada
masyarakat dengan cara “manual” dianggap tidak relevan lagi. Bahkan media
seperti surat kabar, televisi, dan radio tidak hanya mengandalkan medianya itu
sendiri, tapi sudah memakai internet. Manusia juga telah merumuskan dan mencari
model tentang proses penyampaian berita melalui internet. Prof. Philip Meyer
pernah meramalkan bahwa koran terakhir yang terbit dan dibaca orang akan
terjadi pada tahun 2040, dan hal tersebut terjadi akibat kekuatan internet.
Penyampaian berita dengan media internet kemudian melahirkan
jurnalisme online. Proses penyampaian berita melalui media online dapat
dilakukan oleh siapa saja, baik oleh wartawan profesional maupun warga lokal.
Hal ini tentunya membuat masyarakat lebih mudah dalam memperoleh berita. Namun,
perlu dicermati lagi mengenai kredibilitas dan nilai berita yang terdapat pada
jurnalisme online, mengingat hal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja.
Berita yang tidak memiliki nilai berita tentunya akan berdampak pada masyarakat
yang mengkonsumsinya.
B. Pembahasan
Nilai berita (news values),
menurut Downie JR dan Kaiser, merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan.
Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian
nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit
bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita
(Septiawan Santana K, 2005: 17).
Nilai Berita Menurut Pandangan Lama
Wacana mengenai nilai berita atau kriteria dalam menyeleksi berita
telah dilakukan oleh pakar komunikasi sejak tahun 1960-an. Ada beberapa
pendapat mengenai nilai berita yang dikemukakan oleh pakar-pakar komunikasi
pada saat itu. Tobias Peucer (Dalam Hikmat Kusumaningrat & Purnama
Kusumaningrat, 2005: 59) menyebutkan beberapa kriteria yang menentukan nilai
layak berita, antara lain:
1.
Tanda-tanda yang tidak lazim, benda-benda
yang ganjil, hasil kerja atau produk alam dan seni yang hebat dan tidak biasa,
banjir atau badai yang disertai petir dan guruh yang mengerikan, gempa bumi,
sesuatu yang aneh dan muncul dengan tiba-tiba di langit, dan penemuan-penemuan
baru, yang pada abad itu sangat banyak terjadi.
2.
Berbagai jenis keadaan, perubahan,
perubahan-perubahan pemerintahan, masalah perang dan damai, sebab-sebab perang
dan keinginan-keinginan perang, pertempuran, kekalahan, rencana-rencana para
pemimpin militer, undang-undang baru, pertimbangan-pertimbangan yang disetujui,
pegawai negeri, orang-orang terkenal, kelahiran dan kematian para pangeran,
ahli waris tahta, upacara pelantikan dan upacara-upacara resmi srupa itu,
apakah upacara pelantikan, pergantian jabatan atau pemecatan, kematian
orang-orang terkenal, akhir riwayat orang yang tidak ber-Tuhan dan
masalah-masalah lainnya.
3.
Masalah-masalah gereja dan
keterpelajaran, misalnya asal-usul agama itu dan agama ini, pendirinya,
kemajuannya, sekte-sekte baru, dogma-dogma yang diputuskan, ritual-ritual
perpecahan agama, penyiksaan, muktamar keagamaan, keputusan-keputusan yang
diambil, karya tulis para sarjana, perselisihan ilmiah, karya baru kaum
terpelajar, keberanian berusaha, bencana dan kematian serta seribu satu hal
lainnya yang bertalian dengan alam, warga masyarakat, atau sejarah keagamaan.
Hal-hal biasa dan hal-hal yang tidak menarik tidak bernilai untuk
diberitakan. Hal-hal yang merusak moral yang baik dan agama sejati seperti
pencabulan, kejahatan yang dilakukan dengan cara yang mengerikan, dan
pernyataan-pernyataan yang bersifat atheis juga dinilai tidak memiliki nilai
berita.
Nilai Berita Menurut Pandangan
Modern
Kriteria tentang nilai berita saat ini sudah lebih disederhanakan
dan disistematikkan sehingga sebuah unsur kriteria mencakup jenis-jenis berita
yang lebih luas. Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat (2005: 61-66)
menjabarkan mengenai unsur-unsur nilai berita yang sekarang digunakan dalam
memilih berita, antara lain:
1.
Aktualitas (Timeliness). Semakin aktual berita, artinya semakin baru
peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Tetapi adakalanya juga
penemuan suatu peristiwa penting atau menarik yang usianya sudah bertahun-tahun
dapat langsung menjadi berita utama. Dalam hal seperti ini kecepatan adalah
dalam hal penyingkapannya.
2.
Kedekatan (Proximity). Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan
pembaca, akan menarik perhatian. Kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita
itu.
3.
Keterkenalan (Prominence). Kejadian yang menyangkut tokoh terkenal akan menarik
banyak pembaca. Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja.
Tempat-tempat terkenal dan situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita
yang tinggi.
4.
Dampak (Consequence). Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap
masyarakat, misalnya pengumuman kenaikan harga BBM atau ilmuwan yang
mengembangkan suatu vaksin baru, memiliki nilai berita tinggi.
5.
Human Interest. Berita yang memiliki daya tarik
secara universal yang menarik minat orang memiliki nilai berita tinggi.
Beberapa unsur human interest
misalnya ketegangan, ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan,
seks, usia, hewan, dan humor.
Adapun pendapat lain mengenai unsur
nilai berita seperti yang dikemukakan Johan Galtung and Marie Holmboe Ruge
(1965), antara lain:
1.
Frekuensi (Frequency). Hal ini berkaitan dengan jangka waktu sebuah peristiwa.
Peristiwa yang mempunyai jangka waktu pendek akan mempunyai nilai berita yang
lebih daripada yang mempunyai jangka waktu panjang.
2.
Negatif (Negativity). Sesuatu yang menyangkut berita buruk sering kali
dianggap mempunyai nilai berita. Buruk disini adalah peristiwa yang membuat
orang tidak senang mengalaminya, seperti berita mengenai kelaparan yang terjadi
di NTT.
3.
Tidak Mendua (Unambiguity). Sebuah peristiwa yang diharapkan mempunyai dampak
memperjelas terhadap suatu masalah juga mempunyai nilai berita. Contohnya
penjelasan PT Lapindo Brantas atas ganti rugi bagi masyarakat yang terkena
lumpur Lapindo Sidoarjo.
4.
Personalisasi (Personalization). Unsur ini berkaitan dengan peristiwa yang dilihat
sebagai aksi individu. Contohnya perseteruan antara dua fraksi di DPR.
Pertikaian tidak lagi melibatkan partai, tetapi juga individu-individu yang
berpengaruh dalam partai tersebut.
5.
Kepenuhartian (Meaningfulness). Istilah ini berkaitan dengan cultural proximity
(kedekatan budaya). Seseorang yang mempunyai bahasa sama, atau ciri-ciri fisik
sama akan dianggap mempunyai nilai berita.
6.
Berkaitan dengan Pemimpin Negara (Reference to Elite Nations). Segala
sesuatu yang berkaitan dengan negaranya akan mendapat porsi lebih pemberitaan
karena memang layak untuk diberitakan.
7.
Berkaitan dengan Individu (Reference to Elite Persons). Mencakup
peristiwa yang berkaitan dengan kekayaan, kekuatan, dan keterkenalan individu.
8.
Konflik (Conflict). Konflik disini berarti perseteruan antara dua atau
beberapa ppihak yang bertikai. Bisa konflik fisik, urat syaraf atau perang. Itu
semua menarik untuk diberitakan karena akan mempunyai efek dramatis di
masyarakat.
9.
Prediksi (Prediction). Prediksi berkaitan dengan ulasan tentang kemungkinan
dan ketidakmungkinan. Prediksi banyak dipakai untuk mengulas pertandingan sepak
bola. Terlepas dari benar tidaknya, ulasan tentang prediksi sangat menarik
untuk dibahas. Berita sekarang sudah bergeser bukan pada sesuatu yang telah
terjadi, tetapi apa yang akan terjadi. Sesuatu yang dahulunya berdasarkan 5W+1H
sekarang sudah tidak dipakai lagi. Ulasan seringkali justru menarik karena
disertai data-data pendukung.
10.
Penting (Important). Dalam hal ini berkaitan dengan kejadian yang
berkemungkinan mempengaruhi kehidupan banyak orang, atau kejadian yang punya
akibat terhadap kehidupan pembaca.
11.
Besar (Big). Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi
kehidupan banyak orang, atau kejadian yang berakibat bila dijumlahkan dalam
angka menarik pembaca.
Nilai Berita pada Jurnalisme Online
Jurnalisme online (online
journalism) adalah praktek jurnalistik yang menggunakan channel internet.
Bisa jadi online jurnalism dilaksanakan oleh jurnalis profesional yang bekerja
di sebuah situs berita formal dan bisa juga dilakukan oleh jurnalis warga yang
menulis di blog-nya. Kemuculan internet memberikan peluang bagi non jurnalis (citizen journalist) untuk mempublish artikel mereka di media baru
ini. Inilah perubahan besar sepanjang sejarah jurnalisme dimana channel
internet telah menggeser posisi jurnalis sejajar dengan audience yang menjadi reporter (Nurul Hasfi, 2009).
Jurnalisme
online memang mempermudah setiap orang untuk mengakses berita terkini dengan
lebih cepat karena wartawan atau masyarakat dapat mengunggah berita yang baru
saja mereka tulis dengan segera. Namun ternyata kemunculan
jurnalisme online menimbulkan pro dan kontra. Nilai sebuah berita ditentukan oleh seberapa jauh syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhinya. Syarat-syarat tersebutlah yang menjadi ukuran
penting tidaknya sebuah berita. Sebagai jurnalisme yang
dikembangkan oleh masyarakat, validitas dan nilai berita dari jurnalisme
masyarakat perlu dipertanyakan. Bahkan pada beberapa kasus, citizen
journalism disebut sebagai jurnalisme yang kurang serius. Banyak citizen journalism turut mempublish
berita mereka dan tentunya akan dikonsumsi oleh masyarakat. Padahal banyak
diantara mereka yang merupakan warga biasa, bukan seorang jurnalis yang
memiliki pengetahuan mengenai nilai berita. Seringkali citizen journalism hanya mempublish
berita sesuai dengan keinginan mereka, sesuai apa yang mereka lihat, sesuai
dengan fenomena yang sedang berkembang, atau bahkan sesuai dengan pengetahuan
dasar yang mereka miliki tanpa melalui proses editing, sehingga berita-berita tersebut masih dipertanyakan
kualitas nilai dan kredibilitasnya karena ketika jurnalisme hanya
berisikan data yang belum di verifikasi, maka jurnalisme tersebut tidak bisa
dikatakan valid.
Jurnalisme online merupakan media penyaji berita real time yang di unggah pada saat
ketika berita tersebut sedang terjadi dengan keharusan bahwa berita yang
disampaikan harus kredibel menjadi sebuah masalah tersendiri. Terkadang,
jurnalis online melupakan bahwa jurnalisme online adalah sama dengan jurnalisme
lainnya yang seharusnya mengedepankan verifikasi. Hal seperti ini membuat
jurnalisme online terkesan seperti jurnalisme kelas dua secara sepintas.
Padahal, meskipun mengejar aktualisasi, bukan berarti harus mengorbankan
akurasi dari berita itu sendiri. Akan lebih baik jika berita yang dibuat aktual
dan akurat. Proses membuat berita menjadi kredibel akan memakan waktu yang
cukup lama sedangkan berita harus segera diterbitkan untuk memberi informasi
kepada masyarakat. Pada citizen
journalism yang belum tentu dilakukan oleh wartawan resmi, berita yang
dikeluarkan bisa jadi merupakan berita yang penting namun pembaca harus mencari
tahu tentang validitas berita yang ditulis oleh masyarakat yang menulis berita
tersebut.
Untuk
menghindari kedangkalan nilai sebuah berita, penulis berita online bisa
melakukan sebuah cara yaitu menyampaikan berita secara bertahap. Berita pertama
dibuat saat berita tersebut baru saja terjadi dengan gambaran umum tentang
peristiwa yang sedang terjadi. Berita pertama harus menjawab mengenai inti
kejadian meliputi, siapa, dimana, kapan, mengapa, apa dan bagaimana peristiwa
tersebut terjadi. Berita selanjutnya akan berisi mengenai data-data tambahan yang
berhubungan dengan peristiwa yang terjadi tersebut. Data tambahan di dapatkan
saat proses verifikasi berita dilakukan. Dengan cara tersebut maka berita akan
diterima masyarakat tepat waktu (aktual) dan tetap akurat serta memiliki nilai
berita yang layak (www.edukasi.kompasiana.com).
C. Penutup
Media online, sekalipun memiliki tampilan yang
berbeda dengan media cetak dan media audio visual namun berita yang disampaikan
tetap harus memperhatikan etika jurnalistik. Yang menjadi masalah adalah citizen journalism yang dibuat oleh
orang yang belum atau kurang memahami etika atau kaidah jurnalistik dan
menjadikan berita tersebut kehilangan nilai berita. Kemunculan citizen journalism sebenarnya merupakan
hal yang baik karena mereka mempermudah penyampaian berita dengan cepat kepada
masyarakat awam. Banyak diantara citizen
journalism yang mengetahui mengenai nilai berita yang layak dipublish, namun tak sedikit pula yang mempublish berita sampah sehingga akhirnya
hanya memenuhi laman-laman internet. Oleh karena itu, para citizen journalism seharusnya lebih mempelajari mengenai
nilai-nilai berita apa saja yang layak dan tidak layak dipublish, serta kredibilitas dan validitas berita tersebut juga
harus ditingkatkan. Masyarakat sebagai konsumen juga seharusnya tidak menelan
bulat-bulat berita yang dipublish
oleh citizen journalism. Mereka pun
lebih baik mengetahui mengenai nilai berita agara dapat menganalisis berita dan
tidak terbodohi dengan berita sampah yang dipublish
oleh citizen journalism yang tidak
bertanggung jawab.
0 komentar:
Posting Komentar