Selasa, 06 Januari 2015

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR



A.                Pendahuluan
Indonesia adalah negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Kanada) dan sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah pesisir (Coastal Zone). Di wilayah pesisir tersebut, terdapat banyak masyarakat miskin yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, bahkan pedagang ikan. Masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir masih tertinggal.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bahwa proses-proses komunikasi pembangunan belum berlangsung simultan, dan nelayan masih dihadapkan pada persoalan klasik seperti hasil tangkapan yang bervariasi, keterbatasan akses pada sumber-sumber permodalan, pasar, dan program penyuluhan yang belum berjalan sesuai harapan. Selain itu, masih banyak ditemui para nelayan yang menggunakan alat-alat tradisional untuk menangkap ikan. Mereka cenderung menggunakan teknologi primitif karena keterbatasan pengetahuan dari para nelayan. Pokok permasalahan utama dari kemiskinan nelayan itu sendiri terletak pada tidak terpenuhinya kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan,pekerjaan, infrastruktur dan kondisi alam yang tidak menentu. Melemahnya etos kerja dari para nelayan, lemahnya tingkat pendidikan, kurangnya aksesibilitas terhadap informasi dan teknologi yang masuk, kurangnya biaya untuk modal juga semakin menambah masyarakat pesisir menjadi melemah. Di saat yang bersamaan, kebijakan dari pemerintah tidak memihak pada masyarakat pesisir. Beberapa program andalan pemerintah dalam konteks komunikasi pembangunan pun belum memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir. Akibatnya kemiskinan yang terjadi di dalam masyarakat pesisir tidak dapat dihindari. Telaahan tentang permasalahan yang dihadapi nelayan, penyebab masalah, alternatif penyelesaian masalah, diperlukan untuk mendesain rancangan strategi komunikasi pembangunan yang relevan. Tanpa strategi komunikasi pembangunan yang jitu, masyarakat pesisir akan makin tertinggal.

B.                 Pembahasan
Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan menuju modernisasi. Terdapat empat tahapan menuju modernisasi yaitu (1) urbanisasi, (2) melek huruf, (3) partisipasi media, dan (4) partisipasi politik. Proses pembangunan yang berjalan selama ini masih belum tepat atau bahkan salah sehingga, mulai muncul pemikiran untuk mengubah konsep pembangunan yang tidak hanya bertitik berat pada permasalahan ekonomi, produk, dan kapital yang menjadikan individu masyarakat hanya sebagai obyek pembangunan. Dalam konsep pembangunan baru tersebut, faktor lingkungan dan proses internal dalam individu masyarakat mulai mendapat perhatian. Hal ini diharapkan akan menghasilkan manusia pembangunan yang tidak hanya sebagai obyek, tetapi sebagai subyek yang mampu merumuskan kebutuhan keinginan dan permasalahan mereka sendiri dalam proses pembangunan. Konsep pembangunan ini mengedepankan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Prinsip komunikasi adalah mengubah perilaku, strategi merupakan cara, metode, rencana atau pola yang dipergunakan dalam upaya menyampaikan pesan agar diikuti dengan perubahan perilakunya. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan pemrakarsa perencana, pengawas penyelenggaraan dan pembina program. Strategi komnunikasi pembangunan dalam pengembangan perikanan ini dibagi ke dalam tahapan perencanaan, penyelenggaraan, dan tahap pembinaan. Dalam tahap perencanaan, diperlukan pemrakarsa baik dari dalam maupun dari luar masyarakat nelayan, pada umumnya berasal dari luar.
Strategi komunikasi diawali dengan perencanaan awal dan dilanjutkan dengan perencanaan akhir. Dalam perencanaan awal, tujuannya untuk menetapkan lokasi program dimana untuk mencapainya diperlukan upaya menggerakkan bentuk-bentuk dasar organisasi nelayan beserta partisipasinya untuk membuat studi kelayakan tentang lokasi, potensi-potensi sumberdaya, kekuatan pendukung dan penghambatnya, serta pola sikap dan perilaku nelayan. Keberhasilan perencanaan dalam meyakinkan ide dasar terutama dalam meyakinkan bahwa masyarakat secara terpadu dan bersama-sama dapat mengubah perilaku yang selama ini dinilai oleh orang luar ketinggalan sehinga mereka berada dalam kelompok yang kurang beruntung. Faktor penting dalam tahap ini adalah tingkat pemahaman dan penerimaan warga masyarakat akan potensi yang dimiliki, serta keterlibatannya dalam perencanaan akan memantapkan penetapan lokasinya.
Pemberdayaan individu pada masyarakat pesisir tersebut dapat dilakukan melalui proses  penyadaran pada mereka terhadap situasi dan kondisi lingkungan, kebutuhan, keinginan, dan kemampuan. Proses penyadaran tersebut harus dilakukan melalui proses dialog. Sedangkan proses dialog merupakan proses komunikasi dua arah yang berkelanjutan sehingga menemukan suatu pemahaman dan  pengertian yang membentuk suatu kesadaran. Kesadaran ini akan terjadi pada pihak-pihak yang berdialog. Pihak- pihak tersebut bisa individu dalam masyarakat seperti tokoh adat dan inovator maupun individu pada lembaga pemerintahan. Proses komunikasi tersebut sering disebut sebagai model komunikasi konvergensi. Setiap pihak yang terlibat dalam pembangunan selalu dalam proses komunikasi dua arah dan selalu melakukan dialog dengan pihak lain. Peranan inovator akan sangat berpengaruh dalam terjadinya difusi dan adopsi suatu inovasi teknologi. Inovator dapat berupa personal tokoh masyarakat ataupun lembaga adat yang riil hidup di tengah masyarakat seperti misalnya dewan adat dan tokoh masyarakat. Tokoh adat merupakan pemimpin dalam komunitasnya, dan memiliki otoritas dalam berbagai bidang sekaligus. Oleh sebab itu peran tokoh adat dan tokoh masyarakat tersebut dapat dijadikan pintu masuk (akses), penghubung atau  liaison person antara komunitasnya dan luar komunitasnya dalam penyampaian informasi dan inovasi teknologi. Fungsi  liaison  tersebut menjadi penting karena dapat menyampaikan dan menerima inovasi teknologi perikanan dari atau kepada komunitasnya. Selain itu, peran tokoh adat sebagai panutan dan pemimpin dalam komunitasnya akan dipercaya untuk menyampaikan informasi dari komunitasnya ke luar komunitasnya, dan sebaliknya untuk menyampaikan inovasi dari luar komunitasnya ke dalam komunitasnya sendiri.
Isu starategis pemberdayaan  masyarakat pesisir juga dapat dilakukan untuk mengetahui kemauan masyarakat pesisir dalam hal apa dan bagaimana pemberdayaan itu dilaksanakan. Sebelumnya perlu diadakan proses wawancara dengan responden kaitan perlu tidaknya  masyarakat pesisir dibantu untuk menunjang ekonomi keluarganya dan menanyakan bentuk bantuan yang benar-benar mereka butuhkan. Bentuk bantuan yang diberikan dapat berupa bantuan modal, bantuan peralatan dan bantuan bahan baku.
Dalam pemberdayaan masyarakat peranan pihak-pihak yang terlibat (stakeholder) akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pemberdayaan termasuk didalamnya peranan pemerintah. Pada dasarnya, diperlukan suatu keterpaduan yang jelas dari stakeholder dengan tujuan untuk menghilangkan ego sektor dari masing-masing pemangku kepentingan. Keterpaduan tersebut diantaranya:
(1) Keterpaduan sektor dalam tanggung jawab dan kebijakan. Pengambilan keputusan dalam penanganan masalah kemiskinan ini harus diambil melalui proses koordinasi di internal pemerintah. Yang menjadi poin utama disini adalah kemiskinan nelayan tidak akan mampu ditangani secara kelembagaan oleh sektor kelautan dan perikanan.
(2) Keterpaduan keahlian dan pengetahuan. Untuk merumuskan kebijakan, strategi, dan program harus didukung dengan disiplin ilmu pengetahuan dan keahlian. Penerapan program pemberdayaan masyarakat nelayan yang dilakukan dapat bersifat regional bahkan lokal. Hal ini disesuaikan dengan masing-masing daerah nelayan karena masing-masing daerah memilki permasalahan yang berbeda. Upaya-upaya pemberdayaan tersebut diantaranya:
a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan dengan mengurangi ketergantungan pada tengkulak, bakul ikan, dan warung-warung yang menjual bahan bakar bensin/solar disekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau yang ada di sekitar tempat tinggal nelayan dengan cara mendirikan koperasi simpan pinjam, dimana ketua dan anggotanya yang terdiri para nelayan itu sendiri.
b. Fokus utama pengelolaan sumber daya lokal terutama pada waktu pasca panen, pada waktu musim ikan yang nilai harga jualnya tinggi langsung dijual, yang nilai harga jualnya rendah perlu diolah lagi menjadi ikan asin, trasi, pindang, dan tepung ikan. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kemampuan nelayan dalam pengolahan ikan.
c. Budaya kelembagaan ditandai oleh adanya organisasi-organisasi seperti Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) sebagai wakil dari nelayan dimana peranannya lebih ditingkatkan lagi, serta diberikan hak untuk mengambil keputusan sendiri sesuai dengan kebutuhan nelayan dalam forum rapat, dan meningkatkan koordinasi dengan organisasi yang lain seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Untuk membangun pedesaan khususnya masyarakat nelayan diperlukan pendekatan model partisipatif dan prinsip keterpaduan. Pendekatan partisipatif ini melalui upaya menggerakkan bentuk-bentuk organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan peransertanya untuk membangun diri dan lingkungannya. Prinsip keterpaduan bermakna vertikal dan horizontal. Keterpaduan vertikal terkait dengan rantai produksi perikanan dari segi pengelolaan sumber, penangkapan, pengolahan, pemasaran, termasuk pembuatan kapal dan bengkel. Keterpaduan horizontal dalam kaitannya dengan pengerahan sumber di luar perikanan yang menunjang seperti PAM, listrik, pasar, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu, diperlukan strategi pengembangan model komunikasi organisasi koperasi dengan kelengkapan seperangkat elemen pendukung yang dikemas dalam suatu program terpadu agar seluruh stakeholder dapat berperan melalui suatu jaringan komunikasi informasi yang efektif dan efisien.
Dengan demikian, pesan-pesan atau materi dalam komunikasi pembangunan masyarakat pesisir tidak sekedar mentransferkan informasi saja, tetapi menyangkut aspek transformasi keadaan dari kondisi sekarang yakni nelayan dan keluarganya yang masih terpinggirkan, menjadi lebih mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Komunikasi pembangunan dapat memainkan peran dalam perubahan berencana, bahwa komunikasi memegang perannyata dalam mengembangkan mediauntuk memobilisasi masyarakat dan pemerintahnya.

C.               C.       Penutup
Dalam membangun masyarakat pedesaan khususnya nelayan diperlukan analisis model komunikasi dalam program pembangunan perikanan yang diimplementasikan untuk kesejahteraan nelayan. Diperlukan pula pendekatan partisipatif dan prinsip keterpaduan. Pendekatan partisipatif ini melalui upaya menggerakkan bentuk-bentuk organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan peransertanya untuk membangun diri dan lingkungannya. Prinsip keterpaduan bermakna vertikal dan horizontal. Dengan menggerakkan bentuk organisasi kelompok paling dasar dalam masyarakat nelayan bersamaan dengan partisipasinya sehingga membentuk suatu ikatan jalinan fungsi dan peran yang interaktif, sehingga terciptanya keadaan masyarakat perikanan yang sejahtera sesuai dengan tujuan pembangunan.
Proses komunikasi merupakan proses peredaran darah dalam tubuh pembangunan, di mana darah tersebut berupa informasi atau pesan-pesan pembangunan. Dengan lancarnya proses peredaran darah informasi tersebut, dalam konteks teori penyadaran, diharapkan akan terwujud kesadaran pada semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi pembangunan yang sehat, dari pihak-pihak dalam pemerintahan hingga pihak pihak dalam masyarakat. Kondisi tersebut akan mengantar kita ke pintu gerbang masyarakat yang sehat, masyarakat madani yang dicita-citakan oleh semua individu yang menyadari fitrahnya sebagai manusia.

0 komentar:

Posting Komentar