Sabtu, 19 April 2014

STUDI BUDAYA DAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI


Pada era teknologi dan komunikasi masa kini, kita tetap tak bisa terlepas dari studi budaya. Hal ini dikarenakan teknologi dan budaya memiliki hubungan dan saling terkait satu sama lain. Namun, sebelum membahas lebih panjang mengenai kaitan antara teknologi dan budaya, ada baiknya terlebih dahulu kita memahami mengenai studi budaya. Apakah studi budaya itu?

Studi budaya atau culture study adalah ilmu yang melihat sesuatu atau realitas. Hal ini berkaitan dengan karakteristik ilmuwan dalam melihat suatu realitas. Ciri khas seorang ilmuwan dalam melihat suatu realitas antar lain selalu melihat sesuatu tidak hanya pada sesuatu itu sendiri melainkan sesuatu tersebut harus senantiasa berkaitan dengan sesuatu yang lain, kemudian seorang ilmuwan juga tidak hanya menggambarkan sesuatu secara detail melainkan juga menghubungkannya dengan sesuatu yang lain. Kajian budaya sulit didefinisikan, karena kajian budaya tidak termasuk dalam disiplin ilmu manapun. Oleh karena itulah dalam kondisi seperti ini seorang peneliti tidak boleh memiliki pemikiran yang terkotak-kotak. Dia dituntut tidak hanya menggambarkan sesuatu, melainkan juga menghubungkan hal tersebut dengan sesuatu yang lain.

Dalam studi budaya, tidak ada sesuatu yang benar atau salah, tetapi hanya mencermati  fenomena yang ada. Studi budaya lebih seperti seni daripada ilmu. Studi budaya memiliki ciri khas, yaitu mengenai bagaimana pengalaman seseorang menggunakan teknologi. Hal ini dikarenakan kebudayaan dan teknologi  tidak bisa dipisahkan. Teknologi baru (termasuk komunikasi baru dan teknologi informasi seperti satelit, kabel, siaran digital, internet, World Wide Web) kini benar-benar dianggap sebagai revolusioner, seolah-olah mampu mengubah dan melakukan segalanya. Menanggapi hal ini, studi budaya dirasa sangat cocok untuk mengungkapkan dan mengkritisi kecenderungan seperti ini serta menempatkannya sebagai alternatif dalam memahami dan membentuk hubungan antara teknologi dan budaya.

Seringkali pertanyaan-pertanyaan muncul, seperti apakah teknologi yang mendorong terjadinya perubahan budaya? Lalu pada penggunaan teknologi, apakah kita sudah tergantung pada teknologi dan menjadi budak dari mesin kita sendiri? Pada dasarnya teknologi bersifat netral. Mengenai dampak yang ditimbulkannya ditentukan semata-mata oleh penggunaannya. Teknologi hadir sebagai sosok yang menguatkan, sehingga menghasilkan cara berpikir yang baru. Selain itu, terdapat pula kaitan antara teknologi komputer dengan bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial dan ekonomi, mereka yang memiliki pikiran lambat laun akan terpengaruh, kemudian pengalaman dalam penggunaan komputer dan teknologi lainnya akan mengubah karakter mereka.

Teknologi dan budaya merupakan fenomena yang terpisah. Masalah teoritisnya yaitu saat menemukan cara untuk memahami peran teknologi, karena harus kita akui bahwa teknologi sudah merupakan bagian dari budaya, bukan merupakan penyebab atau efek yang ditimbulkan dari budaya. Untuk itulah, manusia memiliki sebuah tantangan terhadap penggunaan teknologi agar teknologi itu efektif sesuai dengan kebutuhan kita dan tidak menimbulkan dampak pada budaya. Hal ini juga didukung dengan kenyataan bahwa studi budaya dirasa terlambat dalam mempelajari kaitannya dengan teknologi sehingga kurang cermat dalam mengatasi dampat dari adanya teknologi baru.

Persoalan identitas selalu menjadi pusat dari pembelajaran kebudayaan, hal ini dikarenakan identitas seseorang merupakan sesuatu yang penting dan melekat dengan identitas kebudayaannya. Hubungan antara kelas, kebudayaan, dan identitas adalah hasil dari perjuangan; mereka tidak mengalami artikulasi berulang dengan pekerjaan. Hal ini, lagi, tidak berkait. Individu dan kelompok membangun identitas mereka mendalam dan melawan struktur tak seimbang dari kekuatan. Identitas agaknya adalah produk hubungan sosial dan pengalaman. Identitas tentu berhubungan dengan penggunaan teknologi. Topik-topik yang erat kaitannya dengan hal ini yaitu politik, yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan identitas. Hadirnya teknologi membuat identitas manusia menjadi terkotak-kotak, teknologi tidak hanya memberikan semua yang manusia butuhkan, melainkan juga menjadikan identitas antar manusia tersebut identitas, hal inilah yang kemudian memicu terjadinya bias identitas. Bukan hanya dalam hal politik yang bisa menyangkut soal identitas, dalam hal gender pun demikian. Dengan adanya teknologi, turut memicu terjadinya bias gender. Pengguna teknologi bisa dengan bebas menggunakan dan memalsukan identitas gender mereka, wanita bisa menjadi pria, begitu pun sebaliknya. Fenomena ini ditakutkan akan menimbulkan dugaan penghapusan ras di dunia maya seperti gender, kelas, kemampuan, dan sebagainya. Makna kiasan 'tidak ada ras di dunia maya' tidak hanya dijadikan acuan pada wacana tentang internet, tetapi juga dibangun ke dalam arsitektur dari sistem itu sendiri. Penghilangan ras akan mendukung munculnya budaya baru yang dominan, yaitu budaya putih. Hal ini disebabkan ketika ras seseorang tidak disebutkan, asumsi dasarnya adalah bahwa mereka memiliki kesamaan yaitu budaya putih karena mereka dianggap tidak memiliki budaya tertentu.

Perhatian yang lebih baru dari kajian budaya yaitu mengenai dampak yang ditimbulkannya pada ruang sosial. Ketika masalah ini diterapkan pada kaitannya dengan teknologi, itu berarti bahwa teknologi sosial atau dampak terhadap masyarakat ditentukan secara sosial. Salah satu pendekatan untuk melihat teknologi ini telah melalui perhubungan waktu, ruang, lisan dan keaksaraan. Pendekatan umum meneliti bagaimana karakteristik teknologi komunikasi membentuk pengalaman pengguna dan bahkan mencetak masyarakat itu sendiri. Teknologi komunikasi memiliki bias tidak hanya terhadap sentralisasi atau desentralisasi, tetapi lebih krusial menuju ruang atau waktu.

Ada sebuah tekanan kebutuhan dalam kajian budaya untuk menghubungkan pemahaman teoritis ini dengan praktek pembuatan keputusan, dengan, contohnya, keputusan mengenai teknologi media yang baru. Adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan aspek agensi, politik dan ruang untuk rancangan, implementasi dan penggunaan media baru.

Manusia perlu mempelajari dampak dari teknologi terhadap budaya agar dapat meminimalis dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Kita diperintahkan untuk merespon dengan tanggung jawab dengan cara yang kajian budaya belum tentukan bagaimana melakukannya. Teknologi bukanlah yang memberikan segalanya, teknologi bukan pula tidak memiliki apa-apa, namun sejatinya teknologi hadir untuk menguatkan apa yang telah ada di masyarakat.


1 komentar:

  1. Terima kasih mbak, postingannya sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas teknokom

    BalasHapus