Teknologi
agaknya telah menjadi salah satu komponen penting dalam kehidupan saat ini.
Hampir semua aspek melibatkan teknologi baik sebagai media penunjang atau media utamanya, termasuk dalam hal pekerjaan.
Bahkan kini banyak kelompok-kelompok yang bermunculan dan terbentuk hingga
melakukan pekerjaannya melalui teknologi.
Terdapat berbagai perbedaan antara kelompok
yang terbentuk secara tradisional dengan kelompok yang terbentuk melalui
teknologi. Kelompok yang terbentuk melalui teknologi tentu memiliki konsep yang
berbeda dengan kelompok yang terbentuk secara tradisional. Selain itu terdapat pula
perbedaan-perbedaan lainnya. Kelompok yang terbentuk melalui teknologi memiliki
anggota yang lebih anonym, hal ini mengakibatkan identitas dari anggota
kelompok kurang memadai. Sedangkan
kelompok yang terbentuk secara tradisional lebih jelas dalam hal
identitas. Kemudian kelompok yang terbentuk melalui teknologi memiliki hubungan
interpersonal yang rendah karena mereka hanya berfokus pada penyelesaian tugas
dan tidak terlalu banyak berinteraksi secara interpersonal. Kelompok ini juga
sulit mendapatkan konsensus. Sedangkan kelompok yang terbentuk secara
tradisional memiliki hubungan interpersonal yang lebih erat dan tetap menyelesaikan
tugas bersama-sama dengan bertemu secara face to face. Namun, dari sekian
banyak perbedaan tersebut, perbedaan yang paling mendasar yaitu terletak pada
ukuran kelompok tersebut. Kelompok yang terbentuk secara tradisional memiliki
jumlah anggota yang lebih kecil dibandingkan kelompok yang terbentuk melalui
teknologi, yang bisa menampung jumlah anggota jauh lebih banyak.
Selain
adanya media, internet juga menyebabkan adanya perbedaan antara kelompok yang
terbentuk sebelum adanya internet dengan kelompok yang terbentuk setelah adanya
internet. Sebelum adanya internet, orang-orang biasa mengirim informasi tentang
pekerjaan melalui telepon, telegram, fax, dan lainnya. Atau pada situasi yang
lebih penting, mereka harus bertemu langsung. Namun, dengan adanya internet
orang tidak perlu lagi bertemu secara face to face untuk menyampaikan informasi
atau data. Internet juga merubah struktur organisasi dari kelompok tersebut,
struktur organisasinya tidak sejelas pada kelompok tradisional. Hal ini
lagi-lagi berkaitan dengan karakteristik dan identitas dari anggota kelompok.
Untuk
membantu berkomunikasi dalam lingkungan kerja baik internal maupun eksternal,
kelompok memiliki beberapa sistem penunjangnya antara lain GCSS, GISS, GXSS dan
GPSS. GCSS merupakan supporting system yang membantu anggota kelompok untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga memiliki konseptualisasi dalam hal
pengelolaan jadwal. Sistem ini juga membantu komunikasi antara anggota yang
hadir bersama atau yang tidak, sehingga informasi bisa tetap didistribusikan
secara geografis. GISS merupakan supporting system yang menyediakan berbagai
informasi yang diperlukan oleh anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas.
Anggota memiliki akses ke berbagai repositori informasi atau pengetahuan selain
anggota kelompok lainnya. Repositori ini mencakup database, arsip, dan
intranet. GXSS merupakan supporting system yang membantu anggota kelompok untuk
berinteraksi dengan pihak luar kelompok seperti stakeholder dan lainnya. Extranets
berfungsi sebagai infrastruktur yang terpadu untuk GXSS yang mencapai luar
batas organisasi tradisional atau analog digital, perusahaan. Sedangkan GPSS
merupakan supporting system yang mendukung fungsi kerja organisasi pada
umumnya. Sistem ini bervariasi tergantung dengan jenis tugas yang diberikan
kepada kelompok, ukuran kelompok yang bisa menggunakan sistem, dan kemungkinan
seorang fasilitator yang terlatih butuh menambah GPSS.
Interaksi
grup yang berbasis teknologi memunculkan sebuah teori yaitu teori structural
adaptif. Munculnya teori ini dikarenakan adanya perubahan pad individu dalam
penggunaan internet sebagai media penunjang kerja. Dahulu individu yang memilih
dan menggunakan teknologi berdasarkan kebutuhannya. Namun, saat ini bukan lagi
individu yang mengatur penggunaan teknologi tapi teknologi lah yang mengatur individu
tersebut terutama dalam hal dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
membuat perubahan pada kelompok sejak menggunakan teknologi
Penggunaan
media untuk berbagai jenis interaksi oleh individu memunculkan model kehadiran
sosial yang dipelopori oleh Short et al. (1976) . Model ini dimunculkan untuk
memprediksi penggunaan media sesuai dengan fungsi kerja yang dibutuhkan oleh
individu dalam berinteraksi dan untuk menyelesaikan tugasnya. Secara khusus,
mereka meramalkan bahwa individu akan menghindari media tertentu yang dianggap
tidak menyediakan interaksi dalam kehadiran sosial yang cukup tinggi.
Kekayaan
media pada komunikasi dalam organisasi menghadirkan sebuah model pengaruh
sosial. Interaksi sosial di tempat kerja akan membentuk penciptaan makna
bersama yang menjadi dasar bagi pola bersama pemilihan
media. Hal ini akan berpengauh pada
persepsi penggunaan media yang sangat penting karena mempengaruhi
bagaimana individu memandang dan menggunakan teknologi.
Dalam organisasi, interaksi secara
langsung atau tatap muka dan interaksi melalui komputer mempengaruhi proses sosial
dan psikologis, yang
berdampak pada penyelesaian tugas. Interaksi kelompok dan kinerja sangat
dipengaruhi oleh jenis dan kesulitan
tugas yang dilakukan oleh kelompok, dan teknologi berpengaruh
pada tindakan dan kinerja kelompok
yang berinteraksi
dengan jenis
tugas.
Banyak
studi yang mengatakan bahwa kelompok-kelompok yang berkomunikasi melalui
komputer berperforma lebih baik dibandingkan kelompok berinteraksi tatap muka.
Hal ini dikarenakan kelompok komputer menghasilkan lebih banyak ide kualitas
yang lebih tinggi pada tugas-tugas generasi ide. Sementara kelompok tradisional
cenderung memiliki produk-produk berkualitas pada tugas-tugas intelektif dan
negosiasi. Penelitian longitudinal yang membandingkan dampak komputer yang
dimediasi dan komunikasi tatap muka yang dari waktu ke waktu telah memberikan
perbedaan yang signifikan dalam kaitannya dengan kinerja anggota kelompok.
Penelitian itu telah menunjukkan bahwa komunikasi yang dimediasi menghambat
proses interaksi dan kinerja kelompok, anggota kelompok yang bekerja melalui
komputer merasa kurang terhubung satu sama lain pada awalnya, tapi seiring
berjalannya waktu, anggota kelompok yang dimediasi komputer mengungkapkan
perasaan yang positif tentang satu sama lain yang diperkirakan oleh anggota
lain.
Perkembangan teknologi digital secara dramatis
mengubah sifat bekerja dalam kelompok. Teknologi memiliki potensi untuk
memberikan banyak manfaat bagi kelompok-kelompok dengan menghubungkan orang
yang memiliki tujuan yang sama dan kepentingan tetapi dipisahkan dalam ruang
dan waktu. Mereka dapat memungkinkan organisasi untuk mengembangkan tim yang
efektif dari pekerja yang didistribusikan secara geografis. Teknologi baru
memiliki suatu potensi untuk memelihara sebuah tim dengan menghubungkan para
anggota tidak hanya untuk satu sama lain tetapi juga untuk sejumlah besar
repositori pengetahuan internal dan eksternal.
0 komentar:
Posting Komentar