Teknologi
nampaknya sudah menjadi candu bagi masyarakat Indonesia masa kini. Berbagai
aspek kehidupan tak luput dari penggunaan teknologi sebagai media penunjangnya.
Hampir setiap orang menggunakan teknologi mulai
dari radio, televisi, dan yang paling diminati saat ini adalah internet. Pemanfaatannya
pun bukan lagi sekedar untuk hiburan, namun sudah merambah ke berbagai aspek
seperti bisnis, pendidikan, bahkan politik.
Mendekati
waktu pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan berlangsung tak lama
lagi, para kandidat calon presiden dan calon wakil presiden semakin gencar
mempromosikan dirinya. Namun, pemilu tahun ini sedikit berbeda dengan pemilu
sebelumnya, khususnya dalam hal cara berkampanye. Saat ini, media sepertinya
memberikan andil yang sangat besar dalam membantu proses kampanye capres dan
cawapres, terutama penggunaan media sosial seperti facebook, twitter, dan
lainnya. Jika pada kampanye sebelumnya, pemanfaatan teknologi untuk berkampanye
yang paling besar adalah televisi, namun saat ini pemanfaatan media sosial untuk
berkampanye jauh lebih besar dibandingkan dengan televisi. Bahkan, capres dan
cawapres diduga membeli beberapa akun pada media sosial untuk memberitakan
hal-hal positif mengenai dirinya dan membayar beberapa oknum untuk mendukung
berita tersebut dengan komentar yang positif pula.
Setiap
hari akun-akun yang mempromosikan capres dan cawapres gencar berkumandang di
berbagai jejaring sosial. Seringkali, berita-berita yang dipostingnya justru
memicu pro dan kontra di kalangan pembaca yang berujung pada debat. Banyak komentar
dengan kata-kata tak pantas dari pihak lawan turut menghiasi kolom komentar. Tak
jarang pula akun-akun tersebut melontarkan berita atau gambar yang terkesan
menyerang lawan politiknya. Banyak masyarakat pengguna media sosial di
Indonesia yang belum mampu menganalisis berita dan mudah terprovokasi sehingga
langsung menelan bulat-bulat isi berita yang diposting. Masyarakat lain juga dibuat
risih dengan situasi seperti ini. Bukannya simpati, mereka justru menjadi kesal
dan tak sedikit pula yang memblokir akun-akun tersebut.
Hal
ini tentunya sangat disayangkan karena pemanfaatan media sosial sebagai sarana
berkampanye dinilai tidak efektif dan terkesan justru memperkeruh keadaan
diantara masyarakat terutama para pengguna media sosial. Keadaan yang keruh
tersebut ditakutkan akan memicu konflik yang berujung perpecahan di antara
kubu-kubu pendukung capres dan cawapres. Para capres dan cawapres seharusnya
lebih berhati-hati dalam melakukan kampanye. Penggunaan media sosial sebagai
sarana berkampanye sah-sah saja asalkan tidak menuai berbagai masalah bahkan
konflik dan perpecahan di kalangan masyarakat. Mereka seharusnya dengan bijak
menggunakan media sosial agar masyarakat bisa bisa lebih dekat dan mengenal
kepribadiannya, serta sebagai sarana bersosialisasi agar masyarakat bisa lebih
jelas mengetahui visi misi dari para kandidat tersebut dan mereka tidak salah
menggunakan hak pilihnya pada pemilu mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar